Menurut data yang dipublikasikan oleh Bisnis.com dari selesai tahun 2020 hingga tamat 2021 terdapat kenaikan jumlah penanam modal individu di Indonesia nyaris sebanyak 90%. Hal ini menciptakan ketika ini jumlah pemilik Single Identification Number (SID) melesat menjadi 7,3 juta SID.
Dari 7,3 juta SID tersebut, 73,6% diantaranya berinvestasi menggunakan aplikasi teknologi finansial. Ini pertanda bantu-membantu eksistensi teknologi yang membuat lebih mudah seseorang untuk berinvestasi menjadi salah satu faktor penting yang menciptakan jumlah penanam modal di Indonesia meningkat.
Selain faktor teknologi, berikut ini beberapa aspek yang mempengaruhi keputusan seseorang untuk melaksanakan investasi:
Faktor Internal
Terdapat banyak aspek internal yang mampu menyebabkan seorang individu mengambil keputusan investasi. Beberapa di antaranya yaitu:
1. Pendapatan
Menurut observasi yang dikerjakan oleh Cintyawati dan Aryani, kian besar pendapatan seorang individu, maka kian besar pula kemungkinan individu tersebut untuk melaksanakan investasi. Hal ini sesuai dengan pengertian lazim bergotong-royong seorang individu gres akan melaksanakan investasi jika kebutuhan utama dan cicilan mereka sudah tercukupi.
Menanggapi kemungkinan ini, industri keuangan di Indonesia sudah berbenah dengan menyederhanakan sekurang-kurangnyapembelian saham dari yang awalnya 1 lot sama dengan 500 lembar menjadi 1 lot sama dengan 100 lembar saham sejak tahun 2014. Selain itu, kini penanam modal juga mampu berinvestasi hanya dengan 10.000 rupiah saja.
Kemudahan-fasilitas ini membuat investasi sekarang lebih mudah diakses oleh penduduk dengan pemasukan menengah atau menengah ke bawah dan bahkan oleh mahasiswa.
2. Financial literacy
Masih berdasarkan penelitian yang sama, financial literacy atau literasi keuangan mengambil tugas penting dalam keputusan seorang individu untuk berinvestasi. Semakin tinggi tingkat literasi keuangan seseorang, kian besar kemungkinan orang tersebut untuk berinvestasi.
Hal ini karena orang yang memiliki tingkat literasi keuangan yang bagus cenderung mempersiapkan dana pensiun mereka dan menggunakan instrumen investasi selaku alternatif dari tabungan.
Literasi keuangan adalah kesanggupan seseorang dalam memahami segi faktual dan negatif suatu keputusan keuangan. Literasi keuangan selalu didukung dengan pendidikan keuangan. Namun demikian, seseorang yang memiliki tingkat pendidikan keuangan tertentu belum niscaya mempunyai literasi keuangan yang bagus.
Cintyawati dan Aryani menyebutkan bahwa aspek literasi keuangan ini yakni aspek paling signifikan yang menghipnotis keputusan investasi seseorang. Akan tetapi mereka juga menyebutkan bahwa seseorang yang memiliki pendidikan di bidang keuangan dan ekonomi belum tentu berinvestasi.
3. Financial experience
Selain literasi keuangan, faktor keuangan internal individu lain yang bisa besar lengan berkuasa terhadap keputusan investasinya adalah pengalamannya dalam mengelola aset keuangan baik itu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari maupun untuk berinvestasi.
Maka dari itu tidak aneh bila jika seseorang mengalami kerugian cukup besar dikala berinvestasi, dia tidak akan berinvestasi pada instrumen yang serupa lagi atau bahkan tidak akan berinvestasi sama sekali. Oleh sebab itu, penting kiranya bagi seorang investor untuk mengenali apa tipe risiko yang pas untuk dirinya sebelum berinvestasi pertama kali.
4. Keyakinan
Dalam penelitiannya pada tahun 2013, Dihin Septyanto menyebutkan bahwa aspek akidah individu kepada suatu aset atau sekuritas memainkan tugas penting dalam keputusan investasi individu tersebut.
Hal ini secara eksklusif menyebutkan bahwa masih banyak investor individu di Indonesia yang mengambil keputusan investasi atas dasar yang tidak logis. Padahal, dikala ini telah banyak gosip tentang keuangan perusahaan yang bisa dijadikan aspek yang diperhitungkan investor dalam melakukan investasi.
Faktor Eksternal
Dari sisi eksternal, berikut ini beberapa aspek yang dipertimbangkan penanam modal dalam melakukan investasi:
1. Kemudahan
Seperti yang tertulis dalam beberapa paragraf di atas, teknologi keuangan yang meningkat dalam rentang waktu 5 sampai 7 tahun ke belakang ini membuat investasi lebih gampang.
Misalnya kalau dulu investor harus mengisi dan menandatangani segepok dokumen dan harus membeli 500 lembar saham untuk berinvestasi, kini investor bisa membuat rekening efek dan rekening saham hanya dengan memakai aplikasi di handphone dan bisa berbelanja saham cuma dengan duit 100 ribu saja.
Maka tak aneh jika dalam era 2014-2021 ini jumlah penanam modal individu di Indonesia terus bertambah. Apalagi ketika ini pendidikan keuangan dan investasi juga sudah tersedia di aneka macam platform di internet.
2. Informasi keuangan perusahaan
Faktor eksternal yang satu ini yaitu aspek yang harus diperhitungkan dalam proses pengambilan keputusan investasi. Hal ini alasannya adalah tentu program operasi dan kesehatan keuangan perusahaan memainkan tugas penting dalam keuntungan investasi.
Saat ini info tentang keuangan perusahaan ini telah mampu diakses secara online melalui laman resmi perusahaan tersebut maupun website resmi Bursa Efek Indonesia (BEI).
Namun sayangnya menurut penelitian Dihin Septyanto, aspek ini masih kalah dengan faktor doktrin penanam modal. Menurutnya, masih banyak penanam modal yang mengambil keuntungan dalam bentuk capital gain jangka pendek saja. Maka tak heran kalau masih banyak penanam modal di Indonesia yang mengambil keputusan investasi yang tidak logis.
3. Kondisi ekonomi
Faktor eksternal lain yang bisa menjadi aspek penentu investasi ialah keadaan ekonomi suatu negara secara keseluruhan. Kondisi ekonomi negara disini mampu diturunkan lagi menjadi beberapa faktor seperti, tingkat suku bunga, tingkat inflasi, dan aspek-faktor yang lain.
Tingkat suku bunga perbankan contohnya, berpengaruh pada investasi terutama di pasar modal alasannya adalah tingkat suku bunga dianggap selaku imbal hasil atau “return” menyimpan duit di bank (tabungan dan deposito). Artinya, jikalau tingkat suku bunga bank lebih tinggi ketimbang imbal hasil saham misalnya, pasti penanam modal akan memilih menyimpan uangnya di bank dibandingkan dengan di investasikan.
Sementara itu, tingkat inflasi yang terkontrol mampu besar lengan berkuasa kepada investasi karena inflasi sedikit banyak mewakili tingkat daya beli penduduk . Apabila daya beli penduduk sebuah negara baik, maka kinerja perusahaan emiten pasar modal juga membaik begitupun sebaliknya.
Selain itu, secara teoritis sebaiknya peningkatan tingkat upah minimum juga mengikuti tingkat inflasi. Dengan demikian seiring dengan kenaikan upah, masyarakat bisa menyisihkan dana untuk berinvestasi.
Tidak dapat dibantah bahwasanya faktor kemudahan investasi, keadaan ekonomi dan peningkatan literasi keuangan masyarakat Indonesia secara serentak berhasil meningkatkan jumlah penanam modal individu di negeri ini sepanjang pandemi covid19. Karena pandemi, banyak masyarakat yang mulai menyadari pentingnya pengelolaan keuangan yang bagus utamanya dalam hal investasi dan penyiapan dana darurat.
Saat ini baik BEI, pemerintah, perusahaan maupun penduduk Indonesia secara luas mulai menikmati pertumbuhan industri keuangan yang didukung dengan teknologi. Tentunya kita berharap kemajuan literasi dan industri keuangan ini menciptakan perekonomian masyarakat Indonesia secara keseluruhan menjadi lebih baik lagi.