Laut Merah di Jazirah Arab yaitu salah satu perairan yang banyak memicu rasa ingin tau karena beberapa faktor.
Selain karena warnanya, maritim ini juga terkenal alasannya adalah pesona alam dan juga sejarahnya. Umat Islam mempercayai bahwa Laut Merah dahulu pernah terbelah oleh tongkat Nabi Musa.
Bangsa Eropa kala ke-20 pernah menyebutnya selaku Teluk Arab. Sejarawan Herodotus menyebutnya bahari yang memisahkan Asia dan Afrika ini sebagai Arabicus Sinus. Inilah beberapa keunikan dari Laut Merah.
Baca juga: Asal Usul Stand Up Comedy, Awalnya Berbentuk Pertunjukan Teater
Memiliki pemandangan bahari yang indah tapi juga menyimpan bahaya tersendiri

(foto: wismtrek)
Dikenal sebagai Bahr al-Ahmar dalam bahasa Arab, Laut Merah telah menarik para wisatawan selama bertahun-tahun dengan pemandangan lautnya yang indah.
Secara geologis, pembentukannya yaitu sebab lempeng Arab dan Afrika Timur bergeser satu sama lain dan hasilnya pecah sekitar 20-30 juta tahun lalu.
Di sana merupakan rumah bagi karang warna-warni, kehidupan laut yang kaya, dan banyak pohon palem teduh yang mengelilingi pantai. Untuk para penyelam, maritim ini di kedalaman sekitar 490 m terlihat mengagumkan.
Tapi, ada juga bahayanya bagi pelaut dan penumpang kapal laut. Badainya populer besar, jumlah karangnya banyak, dan ada pulau bawah air yang bisa berisiko menenggelamkan kapal.
Secara terjadwal warnanya berganti jadi merah sebab ada cyanobacteria algae

(foto: feedimarine)
Perairannya mengalir lewat selat sempit Bab-el-Mandeb dan Teluk Aden di selatan untuk terhubung ke Samudra Hindia.
Sekarang, wilayahnya tidak jauh dari Port Said, kota di wilayah Mesir utara dan memiliki batas dengan Terusan Suez.
Nama Laut Merah mungkin mengakibatkan pertanyaan tersendiri, apakah airnya berwarna merah?
Dilansir dari Live Science, sebetulnya Laut Merah tidak memiliki arti airnya berwarna merah alami. Saat dipotret dari udara, ternyata warna airnya condong biru kehijauan.
Tapi, secara terencana warnanya menjadi merah di beberapa bagian. Di sana ada organisme alga bernama cyanobacteria algae atau diketahui dengan Trichodesmium erythraeum.
Ketika alga mati, air maritim berubah warnanya jadi merah kecoklatan. Untuk masing-masing wilayah di Laut Merah, warna merahnya tidak sama.
Baca juga: Garam Himalaya, Berbentuk Kristal Pink yang Dianggap Lebih Sehat
Termasuk perairan paling asin di dunia yang menunjukkan banyak destinasi wisata

(foto: wsj)
Cuaca di sekitarnya condong hangat dan terprediksi sepanjang tahun. Tapi selama sepekan di permulaan Januari sering kali ada angin kencang, begitu juga final November.
Selain cuaca, kondisi alamnya tergolong dekat. Sejauh ini, perairannya menawarkan banyak destinasi rekreasi dan industri perikanan yang dikontrol beberapa negara yang memiliki batas langsung.
Laut Merah juga termasuk perairan yang paling asin di dunia. Penguapannya tinggi dan curah hujannya tiap tahun cenderung rendah. Keanekaragaman hayati yang kaya yaitu salah satu aset terbesarnya.
Selain ikan, di sana terdapat banyak tumbuhan mangrove. Tumbuhan ini mampu bertahan hidup dalam kondisi asin karena memiliki kelenjar khusus pada daunnya.
Ada observasi yang menunjukan kebenaran bahwa Laut Merah pernah terbelah

(foto: pinterest)
Dikisahkan bahwa Nabi Musa membelahnya dengan tongkatnya untuk melindungi kaumnya dari Raja Firaun. Sebagai bagian dari mukjizat nabi, terbelahnya Laut Merah terkesan aneh dan di luar nalar manusia.
Tapi ternyata sejumlah observasi sudah mengambarkan kebenarannya secara ilmiah. Peneliti juga menunjukkan suatu hipotesis tentang lokasi berlangsungnya mukjizat Nabi Musa.
Laut Merah yang terbelah ada di sebelah utara negara Mesir. Di sana angin yang bertiup sangat kuat sepanjang malam bisa mendorong sebagian air di pesisir Laut Merah.
Kondisi itulah yang menjadikan lautnya bisa terbelah hingga mampu dilalui oleh kaum Nabi Musa.
Peneliti juga memperkirakan bahwa angin memiliki kecepatan konstan adalah 63 m/jam dari arah timur ke barat. Angin melalui nyaris seluruh daerah area perairan Mediterania.